Steven Paul Jobs (1955-2011), pendiri Apple, Inc |
Isi ceramah Steve Jobs di hadapan 23.000 wisudawan Standford dan para walinya..
Saya merasa terhormat
berada disini bersama Anda pada acara wisuda salah satu universitas terbaik di
dunia. Saya tak pernah lulus dari perguruan tinggi. Terus terang, ini saat
terdekat saya dengan sebuah acara wisuda perguruan tinggi. Hari ini saya ingin
menyampaikan tiga kisah dari hidup saya. Hanya itu. Tak lebih. Hanya tiga
kisah.
Kisah pertama adalah
tentang menghubungkan titik-titik
Saya drop out dari
Reed College setelah enam bulan pertama, tapi kemudian saya masih kuliah pada
sekitar 18 bulan berikutnya sebelum saya benar-benar keluar. Jadi, mengapa saya
drop out?
Hal itu dimulai
sebelum saya lahir. Ibu biologis saya adalah seorang lulusan perguruan tinggi
yang masih muda dan tidak menikah, dan dia memutuskan menawarkan saya untuk
diadopsi. Dia ingin sekali saya diadopsi oleh sepasang lulusan perguruan
tinggi, maka segalanya diatur agar saya bisa diadopsi saat kelahiran oleh
seorang pengacara dan istrinya. Namun ketika saya lahir, mereka mengaku
sebenarnya menginginkan bayi perempuan. Maka orangtua angkat saya, yang berada
dalam daftar tunggu, mendapat telepon tengah malam "Kami mendapat bayi
lelaki yang tak diharapkan, kalian ingin dia?" Mereka menjawab "Tentu
saja". Ibu biologis saya kemudian tahu bahwa ibu angkat saya tak pernah
lulus dari perguruan tinggi dan ayah angkat saya tak pernah lulus dari SMA. Dia
menolak menandatangani kertas adopsi terakhir. Dia baru mengalah beberapa
kemudian setelah orang tua saya berjanji bahwa suatu hari saya akan masuk
perguruan tinggi.
Dan 17 tahun kemudian,
saya benar-benar kuliah di perguruan tinggi. Tapi naifnya saya memilih
perguruan tinggi hampir sama mahalnya dengan Standford, dan semua tabungan
orangtua saya habis untuk biaya kuliah saya. Setelah enam bulan, saya tidak
melihat kelebihan kuliah. Saya tak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup saya
dan saya tak tahu bagaimana perguruan tinggi akan membantu saya mengetahuinya.
Dan disana saya menghabiskan semua uang yang telah dikumpulkan orangtua saya
sepanjang hidup mereka. Maka saya memutuskan drop out dan saya percaya bahwa
saya akan baik-baik saja. Memang sangat menakutkan saat itu, tapi kalau
sekarang melihat ke belakang, saya melihat itu adalah keputusan terbaik yang
pernah saya buat. Saat memutuskan keluar, saya bisa menghentikan mata kuliah
wajib yang tidak menarik saya, dan mulai mengikuti kuliah-kuliah lain yang
tampak menarik.
Itu bukan kisah
romantis. Saya tak punya kamar asrama, maka saya tidur di lantai kamar seorang
teman, saya mencari uang untuk makan dengan menjual botol-botol coke bekas, dan
saya berjalan sebelas kilometer melintasi kota tiap hari minggu untuk mendapat
makanan enak di Biara Hare Khrisna. Dan banyak hal yang awalnya menjadi
sandungan karena saya mengikuti keingintahuan dan intuisi saya berubah kemudian
menjadi tak ternilai harganya. Saya berikan satu contoh:
Reed College pada saat
itu mungkin menawarkan pelajaran kaligrafi terbaik di negara ini.Di sepanjang
kampus, bertebaran poster, label, dan lukisan kaligrafi tangan yang indah.
Karena saya sudah drop out dan tidak harus mengambil kelas wajib, saya
memutuskan mengambil satu kelas kaligrafi untuk belajar bagaimana membuat
kaligrafi itu. Saya belajar tentang huruf serif dan san serif, tentang berbagai
besaran ruang di antara kombinasi-kombinasi huruf, tentang apa yang membuat tipografi
yang indah menjadi lebih indah. Itu kehalusan yang indah, historis, dan
artistik yang tak bisa ditangkap ilmu pengetahuan, dan hal itu membuat saya
terpesona.
Saya tak pernah
berpikir kaligrafi akan memberikan aplikasi praktis dalam hidup saya. Tapi
sepuluh tahun kemudian, ketika kami sedang mendesain komputer Macintosh yang
pertama, pelajaran itu muncul kembali di kepala saya. Dan kami menerapkannnya
pada Mac. Itu komputer pertama dengan tipografi yang indah. Jika saya tak
pernah mengikuti mata kuliah tunggal itu di perguruan tinggi, komputer Mac tak
akan pernah memiliki berbagai jenis huruf atau ruang-ruang antarhuruf yang
proporsional. Dan karena Windows menyalin Mac, tampaknya tak akan ada komputer
personal yang memiliki jenis-jenis huruf itu. Jika saya tidak pernah drop out,
saya tak akan pernah mengikuti kelas kaligrafi ini, dan komputer-komputer
personal mungkin tak akan memiliki tipografi yang indah seperti sekarang. Tentu
saja tak mungkin menghubungkan titik-titik di masa depan ketika saya masih di
perguruan tinggi. Tapi sangat, sangat jelas jika kita melihat ke belakang
sepuluh tahun kemudian.
Lagi pula, Anda tidak bisa menghubungkan titik-titik itu di masa depan; Anda
hanya bisa menghubungkan titik-titik itu dengan melihat masa lalu. Maka Anda
harus percaya bahwa titik-titik itu akan saling berhubungan di masa depan. Anda
harus mempercayai sesuatu, ketekunan Anda, takdir, kehidupan, karma, apa saja.
Pendekatan ini tidak pernah membuat saya jatuh dan malah membuat semua
perbedaan dalam kehidupan saya.
Kisah kedua saya adalah tentang cinta dan kehilangan
Saya beruntung, saya menemukan sejak awal saya mencintai berbuat sesuatu. Saya
dan Woz memulai Apple di dalam garasi rumah orangtua saya ketika saya berusia
20 tahun. Kami bekerja keras, dan dalam sepuluh tahun Apple tumbuh dari hanya
dua orang kami di dalam garasi menjadi sebuah perusahaan bernilai 2 miliar
dolar dengan lebih dari 4.000 karyawan. Kami sudah merilis kreasi kami,
Macintosh, setahun sebelumnya, dan saya baru berusia 30 tahun. Dan kemudian
saya dipecat. Bagaimana bisa kau dipecat dari perusahaan yang kau dirikan?Well,
ketika Apple tumbuh, kami merekrut seseorang yang saya pikir sangat berbakat
untuk bersama dengan saya menjalankan perusahaan, dan selama tahun pertama atau
lebih segalanya berlangsung baik. Namun kemudian visi kami tentang masa depan
mulai berbeda dan akhirnya kami mulai jatuh. Saat itu, Dewan Direktur berada di
sisi dia. Maka dalam usia 30 tahun saya dikeluarkan. Dan dikeluarkan di depan
umum. Apa yang telah menjadi fokus dalam seluruh masa dewasa hidup saya telah
hilang, dan itu sangat menghancurkan.
Selama beberapa bulan,
saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa bahwa saya
telah membuat sedih generasi entrepreneur terdahulu, bahwa saya telah
menjatuhkan tongkat panglima ketika tongkat itu diberikan kepada saya. Saya
bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan mencoba meminta maaf karena
memutar sekrup begitu buruk. Saya merasa gagal di depan khalayak dan saya
bahkan berpikir untuk pergi jauh darisana. Tapi pelan-pelan sesuatu mulai
menyingsing di dalam diri saya, saya masih mencintai apa yang saya lakukan.
Kejadian di Apple tidak mengubah hal itu sedikit pun. Saya sudah ditolak, tapi
saya masih jatuh cinta. Maka saya memutuskan untuk memulai lagi.
Saya tidak melihatnya
saat itu, tapi kemudian saya melihat bahwa dipecat dari Apple merupakan hal
terbaik yang pernah terjadi pada saya. Beratnya beban menjadi orang sukses
digantikan ringannya menjadi pemula kembali, kurang yakin tentang segalanya.
Hal itu membebaskan saya masuk periode paling kreatif dari hidup saya.
Selama lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT,
perusahaan lain yang dinamakan Pixar, dan jatuh cinta kepada seorang wanita luar
biasa yang akan menjadi istri saya. Pixar kemudian membuat film animasi
komputer pertama di dunia, Toy Story, dan sekarang merupakan studio
animasi paling sukses di dunia. Dalam sebuah tikungan kejadian yang luar biasa,
Apple membeli NeXT, saya kembali ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan
di NeXT menjadi jantung renaisans Apple sekarang. Saya dan Laurence pun
memiliki keluarga yang indah.
Saya sangat yakin bahwa semua ini takkan terjadi jika saya tidak dipecat dari
Apple. Ini seperti kita minum obat.Pasien memang memerlukannya. Kadang-kadang
kehidupan menghantam kepala kita dengan bata. Jangan kehilangan kepercayaan.
Saya yakin bahwa satu-satunya hal yang membuat saya bertahan adalah saya
mencintai apa yang saya kerjakan. Dan apa yang terjadi pada pekerjaan sama
halnya dengan apa yang terjadi pada orang yang kita cintai. Pekerjaan kita akan
mengisi sebagian besar kehidupan kita, dan satu-satunya cara untuk benar-benar
memuaskannya adalah mengerjakan apa yang kita yakini pekerjaan besar. Dan satu-satunya
cara untuk melakukan pekerjaan besar adalah mencintai apa yang kita kerjakan.
Jika kalian belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan berhenti. Seperti
halnya semua materi dalam hati, kalian akan tahu kapan menemukannya. Dan,
seperti jenis hubungan apa pun yang hebat, pekerjaan besar itu akan makin baik
sejalan dengan berlalunya tahun demi tahun. Jadi, tetaplah mencari sampai
kalian menemukannya. Jangan berhenti.
Cerita ketiga saya adalah tentang kematian
Ketika berusia 17 tahun, saya membaca kutipan seperti ini: "Jika kau hidup
setiap hari seakan-akan itu adalah hari terakhirmu, suatu hari akan
benar." ("If you live each day as if it was your last, someday you`ll
most certainly be right.") Kutipan ini mengesankan saya, dan sejak itu,
selama 33 tahun terakhir, saya menatap cermin setiap pagi dan bertanya pada
diri sendiri: "Jika hari ini adalah hari terakhir hidup saya, akankah saya
ingin melakukan apa yang harus saya lakukan hari ini?" Dan manakala
jawabannya adalah "Tidak" dalam waktu beberapa hari berturut-turut,
saya tahu saya perlu mengubah sesuatu.
Mengingat bahwa saya akan mati cepat adalah alat penting yang pernah saya
lakukan untuk membantu saya membuat pilihan besar dalam hidup. Sebab hampir
segala hal-semua ekspektasi eksternal, semua kebanggaan/kesombongan, semua
ketakutan akan rasa malu atau kegagalan,-semua itu akan mengerut di depan wajah
kematian, meninggalkan hanya hal yang benar-benar penting. Mengingat bahwa kita
akan mati adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindarkan perangkap
berpikir bahwa kita akan kehilangan sesuatu. Kita sudah telanjang. Tak ada
alasan untuk tidak mengikuti kata hati kita.
Sekitar setahun lalu, saya didiagnosis menderita kanker. Saya menjalani scanpada
pukul 07.30 pagi, dan hasilnya jelas menunjukkan ada tumor di dalam pankreas
saya. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter bilang bahwa itu
jenis kanker yang tak bisa diobati, dan bahwa saya hanya bisa bertahan tak
lebih dari tiga sampai enam bulan. Dokter saya menasihatkan agar saya pulang dan
bersiap menangani urusan saya, yang tak lain kode dokter agar saya bersiap
untuk mati. Itu berarti saya harus mencoba bilang pada anak-anak tentang segala
hal yang saya pikir akan butuh waktu sepuluh tahun hanya dalam waktu beberapa
bulan. Itu berarti meyakinkan bahwa segala perincian finalnya sudah rampung
sehingga semuanya akan mudah bagi keluarga saya. Itu berarti bagi saya harus
mengucapkan selamat tinggal.
Saya hidup dengan diagnosis itu setiap hari. Sore itu saya menjalani biopsi,
yakni para dokter memasukkan endoskop ke kerongkongan saya, melalui perut saya
dan masuk ke usus saya, memasukkan sebatang jarum ke dalam pankreas saya dan
mengambil beberapa sel dari tumor itu. Saya tenang saja, tapi istri saya, yang
juga ada disana, bilang bahwa ketika para dokter menunjukkan sel-sel itu di
bawah mikroskop, mereka berteriak sebab diketahui bahwa itu jenis kanker
pankreas yang sangat jarang dan bisa diobati dengan operasi. Saya menjalani
operasi dan saya baik-baik saja sekarang.
Itulah saat terdekat saya dengan kematian, dan saya harap itu tetap yang
terdekat selama beberapa dekade ke depan. Setelah selamat melalui tahap itu,
saya sekarang bisa mengatakan hal ini kepada kalian dengan sedikit lebih yakin
dibanding ketika kematian merupakan konsep yang berguna tapi murni intelektual:
Tak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang sana ingin pergi ke surga tak ingin
mati untuk pergi ke sana. Namun kematian adalah takdir bagi kita semua. Tak
pernah ada orang bisa lolos dari kematian. Dan memang begitulah, sebab kematian
sangat mungkin adalah penemuan tunggal terbaik kehidupan. Kematian adalah agen
perubahan kehidupan. Kematian menyisihkan golongan tua memberikan jalan buat
kaum muda. Sekarang kaum muda itu adalah Anda, tapi suatu hari, tak lama lagi
dari sekarang, kalian akan pelan-pelan menjadi tua dan tersisihkan. Maaf begitu
dramatis, tapi ini betul sekali.
Waktu Anda sangat terbatas, maka jangan membuang-buang waktu. Jangan
terperangkap dogma-yaitu hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan
biarkan keriuhan pendapat orang lain membenamkan suara hati Anda sendiri. Dan
yang terpenting, tanamkan keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi
Anda. Keduanya sedikit banyak tahu apa yang benar-benar Anda inginkan. Segala
hal yang lain adalah nomor dua.
Ketika saya muda, ada sebuah terbitan yang mengagumkan yang berjudul The
Whole Earth Catalog, yang merupakan salah satu kitab suci generasi saya.
Buku ini ditulis seseorang bernama Stewart Brand yang tinggal tak jauh dari
sini, di Menlo Park, dan ia membawa buku itu ke kehidupan dengan sentuhan
puitisnya. Itu terjadi pada akhir 1960-an, sebelum komputer personal dan
desktop diluncurkan, sehingga buku itu disebut dengan mesin tik, gunting, dan
kamera polaroid. Buku ini mirip semacam Google dalam bentuk buku, 35 tahun
sebelum Google muncul: idealistis, dan penuh dengan alat yang rapi dan gagasan
yang hebat.
Stewart dan timnya memasukkan/mengambil beberapa isu dari The Whole
Earth Catalog, dan kemudian ketika (buku ini) berjalan di lintasannya,
mereka menerbitkan edisi terakhir. Itu terjadi pada pertengahan 1970-an, dan
saya berusia sama dengan kalian. Di sampul belakang terbitan terakhir mereka
terdapat foto jalan desa pada pagi hari, pemandangan yang mungkin kalian dapat
jika kalian senang bertualang. Di bawah gambar itu terdapat tulisan:
"Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh." ("Stay Hungry. Stay
Foolish.") Itu pesan perpisahan mereka sebagai kesimpulan. Tetaplah Lapar.
Tetaplah Bodoh. Dan saya selalu ingin demikian untuk diri saya sendiri. Dan sekarang,
setelah Anda lulus, saya ingin hal itu untuk Anda.
Tetaplah Lapar. Tetaplah Bodoh.
Terima Kasih Banyak.
0 komentar